Jumat, 19 Desember 2014

“CT Scanner, PET, MIR, SPECT”

CT SCANNER

Definisi CT Scanner
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostic dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor tv hitam putih.
Ct Scan mulai dipergunakan sejak tahun 1970 dalam alat bantu dalam proses diagnosa dan pengobatan pada pasien neurologis.Computer Tomography (CT) biasa juga disebut Computed axial tomography (CAT), computer-assisted tomography, atau (body section roentgenography) yang merupakan suatu proses yang menggunakan digital processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek dari satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata " tomography" diperoleh dari Yunani tomos (irisan) dan graphia (gambarkan).
Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak. Selain itu Ct scan juga dapat digunakan dalam mengidentikasi infark , hidrosefalus dan atrofi otak. Bagian basilar dan posterior tidak begitu baik diperlihatkan oleh Ct Scan.
Pemeriksaan menggunakan CT Scan dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu :
a.       Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.      Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.       Brain contusion.
d.      Brain atrofi.
e.       Hydrocephalus.
f.       Inflamasi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUTsP3j9PPZpy8CvpbViH5EVZNGgZLI24dEh2b5MF_mx0gpTx6wLiCQRpsT1S6GxpwR2el-JjdOJLdhQWjbfCP-zFoetJkbIJtev3-ern49T3Q_ViRr0DR9d5JmXeeDgg3RAOAt10jmXc/s1600/CT+Scan.jpg 
Gambar CT Scan

System CT Scanner
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu system pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol.
Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer. Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal ini radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik. Semakin besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sina-x seletalh melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas pada sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data maka datadata dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka ) analog ke komputer.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.

Manfaat CT Scanner
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti :
a.       Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
b.      Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident)
c.       Batu ginjal
d.      Inflamed appendix
e.       Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
f.       Tulang yang retak

Prinsip dasar CT Scanner
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut.

Prinsip kerja CT Scanner

Gambar prinsip kerja CT Scan

Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.

Pemrosesan Data
a.       Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar collimator dan Detektor

b.      Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :
Gambar proses pembentukan citra

c.       Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.
d.      Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT Scanner :


Gambar hasil whole body scanning
Gambar Hasil scanning pada kepala pasien



Perkembangan CT Scanner
Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan pada bidang irisan obyek untuk berbagai sudut dinamakan scanning atau pemayaran. Terdapat berbagai macam cara pemayaran, bergantung pada "generasi" CT scan yang digunakan. Istilah "generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia yang mengacu pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas radiasi perunut, dan system detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan generasi lain.
Berdasarkan perkembangan Teknologi, CT Scanner mengalami beberapa perkembangan sesuai kemajuan teknologi.


a.       Generasi Pertama
·         Translation – rotation
·         Serial X-ray
·         Pencil Beam
·         Single detector
 
Gambar Generasi I CT

b.      Generasi Kedua
·         Translation – rotation
·         Serial X-ray
·         Multi-Pencil Beam
·         Multiple detectors
 
Gambar Generasi II CT



c.       Generasi Ketiga
·         Rotation – rotation
·         Pulse X-ray
·         Fan Beam
·         Multiple detectors
 
Gambar Generasi III CT

d.     
·         Stationary – rotation
·         Pulse X-ray (Serial x-ray)
·         Fan Beam
·         Multiple detectors berbentuk lingkaran
 
Generasi Keempat
Gambar Generasi IV CT

Walaupun terdapat perbedaan antara berbagai "generasi", secara umum CT scan terdiri atas empat bagian pokok, yaitu sumber radiasi, system deteksi, manipulator mekanis, dan komputer beserta penampil. Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X. Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT scan salah adalah Kristal natrium iodida yang "dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl). Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada "generasi" CT scan. Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal tiga dimensi obyek yang di-scan.

Aplikasi CT Scanner
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti :
a.       Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
b.      Pendarahan di dalam otak (cerebral vascular accident)
c.       Batu ginjal
d.      Inflamed appendix
e.       Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
f.       Tulang yang retak

Whole Body CT Sistem
Sistem ini mempunyai micro CPU pada setiap komponennya dimana komunikasi antara komponen tersebutmelalui serial communication.
Sistem ini dapat dikelompokkan dalam dua grup yaitu :
1.      Sistem mage Processing yang terdiri dari panel dan Image processing Unit.
2.      Sistem Scanner terdiri atas scanner, patient table dan x-ray controller.
Panel kontrol berfungsi sebagai interface antara operatr dan sistem CT dan meneruskan instruksi dari operator ke image processing unit. Pada scanner terdapatsub micro CPU yang berfungsi mengumpulkan informasi dari masing – masing komponen dan diteruskan ke IP melalui communication line berdasarkan permintaan (request) dari IP.

Peta distribusi besaran fisis
Citra yang dihasilkan oleh CT scan secara matematis dapat dipandang sebagai peta distribusi spasial parameter fisis f(x,y) dalam bidang dua dimensi tampang lintang obyek, tegak lurus sumbu z. Parameter fisis ini, yang besarnya dinyatakan dengan angka-angka, ditampilkan pada perangkat display dalam representasi warna, biasanya dalam derajat keabuan (grayscale) sehingga peta ini tampak sebagai gambar hitam putih di layar monitor. Bagian gambar yang memiliki warna paling gelap atau derajat keabuan paling tinggi merepresentasikan nilaiparameter fisis yang kecil, sebaliknya bagian gambar yang paling terang atau derajat keabuan paling kecil merepresentasikan nilai parameter fisis yang besar. Parameter fisis yang ditampilkan ini bersesuaian dengan besaran fisis yang disebut koefisien atenuasi linear (linear attenuation coefficient) dan diberi lambang mu. Besarnya mu ditentukan oleh jenis bahan yang merujuk pada nomor atom (Z) dan energi radiasi (E). Jumlah intensitas radiasi terusan, selain ditentukan oleh tebal bahan, juga ditentukan oleh harga mu ini.
Positron Emission Tomography (PET)-SCAN

Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti foto rontgen, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) dan single photon emission computerized tomography (SPECT).
Pencitraan dengan PET merupakan bentuk pencitraan metabolik atau fungsional yang dapat memberi gambaran serta memelajari berbagai fungsi metabolik dalam tubuh pada tingkat seluler. Alat ini berbeda dengan MRI atau CT Scan yang mengidentifikasi patologi dan penyakit melalui pendeteksian dari perubahan struktur ataupun anatomi di dalam tubuh. . Misalnya, CT Scan dan MRI hanya mampu mendekteksi kanker di payudara, kepala, hati, dan sejumlah titik tubuh lainnya. Sedangkan mekanisme kerja organ tubuh yang disebut metabolisme tubuh tidak dapat dipantau oleh CT Scan atau MRI. Sedangkan pada PET-Scan, aspek anatomi dan metabolik sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini. Dimana pun atau kemana pun kanker merambat PET-Scan dapat mendeteksinya. Bahkan kemampuan deteksi alat ini mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti jenis, tingkat keganasan (stadium), lokasi, serta cara rambat penyakit mematikan ini.
Pencitraan dengan PET ini sangat berguna dalam mengetahui tahapan atau stadium kanker, dektesi kekambuhan penyakit, begitu juga dengan pengawasan respon pengobatan pada terapi kanker.
Dengan teknologi terbaru, generasi kedua dari pemindai PET/CT yang terintegrasi saat ini memberi kemungkinan kombinasi pencitraan PET/CT. Teknologi ini memungkinkan para dokter mendapat informasi metabolik maupun struktural berdasarkan penyakit pada pemindaian tunggal PET/CT.
Terlepas dari pencitraan untuk kanker, pencitraan PET juga bermanfaat dalam menilai penyakit jantung koroner, sejumlah penyakit muskuloskeletal, dan penyakit saraf tertentu seperti kepikunan Alzheimer.
RadLink menyediakan pemindaian PET/CT 64 slices pertama di Singapura dengan kapabliitas waktu yang cepat. Kemajuan pemindaian PET/CT dengan teknologi Time of Flight ini memperkuat kualitas gambar dengan mengurangi kebisingan dan memberikan sensitivitas yang lebih tinggi. Keuntungan lainnya termasuk dosis radiasi yang lebih rendah, waktu pemindaian yang lebih cepat, serta kualitas gambar yang lebih baik.

Kegunaan PET
*      Untuk kanker
*      Menilai penyebaran kanker
*      Mendeteksi kekambuhan penyakit
*      Menentukan apakah benjolan yang dijumpai termasuk jinak atau kanker, contohnya saja seperti benjolan pada paru.
*      Memonitor respon pengobatan.
*      Pemindaian PET/CT ini menggantikan prosedur pencitraan medis yang cukup banyak dengan hanya satu pengamatan saja.

Prinsip dan cara kerja PET Scan
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari sel-sel lain. Salah satu karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa untuk energi. Ini adalah langkah-langkah proses biologis PET.  Positron emisi tomografi (PET) membangun sistem pencitraan medis gambar 3D dengan mendeteksi gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan radioaktif)  tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah diserap oleh jaringan dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor aktif) daripada bagian tubuh.

PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu radionuklida glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi gamma yang terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas kimia abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan dari bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan. Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang berasal dari situs tabrakan di arah yang berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan ratusan tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaJjqEL0Sqcmloz0xsvASY5_dhsJjv_8DZJmCgNUrtmd-cBupWnMhtR1UrZIMbkhi3CAbExo4wOHiFRigmXxtAK8A_qXDomKy4SasFdiqcwi8n-4Ggn_wuIzqJrHAfzlP2pzRUFFQrEOc4/s400/PET.jpg
Gambar Sistem PET


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj31KIuZtyAnAGWEYqz8_htZXpFX5vj6j1T9XEjV7M4wTni6RPritS776gl77mm8jiMA-6qQogMqhVWTfIxJhnAWx3MGA7nI76ph9iuXLoa2PHtmEvVYePVzPrBJSyukKxPPG6S5Ul5z8E5/s400/PET1.jpg
Gambar Cara Kerja PET-Scan


Gambar hasil foto PET Scanner


Magnetic Resonance Imaging / MRI

Definisi MRI
MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai digunakan sejak tahun 1980. gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CT-Scan MRI tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet dan radiofrekuensi.
MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap nukleus hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.

Jenis Mesin MRI
Magnetic resonance imaging, yang disebut juga MRI, adalah teknik yang digunakan dalam bidang kedokteran untuk memindai (scanning) organ dalam tubuh secara rinci.
Teknik ini melibatkan penggunaan mesin MRI. Mesin MRI biasanya memiliki panjang berkisar 1,5 – 2,5 meter. Pemindaian dilakukan dengan sebagian atau seluruh tubuh pasien diposisikan (ditempatkan) dalam mesin.
Gambar MRI Scanner
Ada dua jenis mesin MRI yaitu mesin tertutup dan terbuka. Kedua jenis mesin tersebut pada dasarnya menggunakan teknologi yang sama.
Dalam mesin MRI tertutup, tubuh pasien berada dalam mesin atau tabung MRI saat dipindai. Umumnya, tabung mesin MRI tertutup memiliki lebar sekitar 60 cm.
Mesin MRI terbuka cenderung tidak sebaik yang tertutup. Namun mesin MRI terbuka akan menjadi pilihan bagi pasien yang fobia terhadap tempat tertutup atau menderita claustrophobia.
Seperti namanya, desain mesin MRI terbuka tidak membuat tubuh pasien tertutup sepenuhnya. Beberapa model bahkan memungkinkan pasien untuk menjalani pemindaian sambil duduk atau berdiri.

Cara Kerja Mesin MRI
Mesin MRI memiliki kumparan magnet yang menghasilkan medan magnet kuat yang digunakan untuk memindai pasien.  Medan magnet akan menyebabkan atom hidrogen dalam tubuh manusia memposisikan diri di sepanjang medan magnet.
Atom hidrogen ideal digunakan dalam pemindaian karena tubuh manusia didominasi air yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen.
Mesin kemudian mengeluarkan serangkaian frekuensi radio (RF) yang menyebabkan hanya atom hidrogen yang tereksitasi.
Saat atom hidrogen yang tereksitasi berusaha kembali ke posisi di sepanjang medan magnet yang dihasilkan mesin, atom-atom tersebut melepaskan kelebihan energi yang diambil dari gelombang RF.
Mesin lantas mendeteksi dan mencatat pelepasan energi tersebut. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin diminta menelan atau mendapatkan suntikan agen kontras, biasanya gadolidium, sebelum menjalani pemindaian MRI.
Agen kontras membuat gambar MRI memiliki resolusi yang lebih baik sehingga memudahkan analisis.

Foto MRI
Anda mungkin pernah melihat gambar MRI yang ditampilkan pada layar komputer. Gambar seperti ini tidak dihasilkan langsung dari mesin MRI. Mesin sebenarnya hanya merekam energi sebagai fungsi waktu.
Gambar pada layar komputer merupakan interpretasi dari bacaan fungsi waktu ke fungsi frekuensi. Sederhananya, mesin MRI mencatat data matematika perihal pergerakan atom (hidrogen) dan mengolah data tersebut dengan proses matematika yang disebut transformasi Fourier.
Transformasi Fourier membuat data matematika tadi dapat ditampilkan secara visual pada layar komputer.
Gambar Foto MRI Scan

Keuntungan penggunaan MRI
·         Tidak terpapar radiasi
·         Diferensiasi yang lebih baik antara abu-abu dan putih sehingga sangat baik pada diagnose MS dan infraklakunar
·         Gambaran lebih baik pada fossa posterior
·         Gambaran lebih baik pada medulla spinal
·         Visualisasi lebih baik secara inovasif menggunakan MR angiografi

Aplikasi penggunaan MRI
Pada klinis MRI digunakan untuk membedakan antara jaringan normal dengan patologis seperti tumor otak. Selain itu alat ini menyebabkan klien tidak terpapar radiasi yang meningkatkan resiko malignansi terutama pada fetus. Selain penggunaan dalam diagnosa konvensional ada berapa penggunaan alternatif antara lain :
·         MRI fungsional : penggunaan MRI untuk memperlihatkan aktifitas otak
·         MRI Intraoperatif : pada operasi neurologis, aman dan tidak menghasilkan komplikasi



Cara pemeriksaan menggunakan MRI dan persyaratan pemeriksaan MRI
Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien akan diminta untuk melepaskan beberapa benda-benda logam seperti :
  • dompet, kartu kredit, dam kartu-kartu lainnya
  • peralatan elektronik seperti telepon genggam
  • alat bantu pendengaran (hearing-aid)
  • perhiasan atau jam tangan
  • bolpen, klip kertas, kunci, dan koin
  • ikat rambut ,bulu mata palsu
  • baju yang memiliki kancing logam / resleting logam
  • sepatu, sabuk, pin, dsb.
Sebelum prosedur MRI pasien akan diminta untuk mengisi kuesioner / selembar kertas mengenai keadaan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan MRI. Selain itu pasien akan ditanyakan juga riwayat kesehatan atau operasi sebelumnya.
Seperti pada pemeriksaan CT scan dan Radiologi lainnya , kadang kadang dokter memerlukan penyuntikan kontras media intra vena pada kasus tertentuk untuk memperjelas kelainan yang ada didalam tubuh .Untuk hal ini pasien diharapkan puasa untuk tidak makan padat 4 jam sebelum pemerikaan . Dan untuk menghindari kemungkinan risiko penyuntikan kontras intravena terhadap gangguan funksi ginjal , maka diperlukan penilaian funksi ginjal (cek ureum dan creatinine darah) sebelum pemeriksaan dilakukan.
MRI dilakukan di ruangan khusus dan pasien akan diminta oleh staf radiologi untuk berbaring didalam meja pemeriksaan. Selanjutnya dipasang penutup telinga untuk mengurangi bunyi mesin yang tidak diinginkan.(beberapa jenis suara akan terdengar dari mesin selama pemeriksaan berlangsung).
Hal penting yang harus dilakukan oleh pasien adalah berbaring dengan tenang dan relaks. Pemeriksaan MRI biasanya berlangsung antara 20-60 menit tergantung dari bagian tubuh mana yang akan diperiksa .
Saat pemeriksaan berlangsung petugas MRI akan dapat berkomunikasi dengan Anda dapat mendengar Anda, serta mengobservasi Anda setiap saat. Segera sampaikan kepada petugas MRI jika ada perasaan yang tidak nyaman pada saat pemeriksaan berlangsung. Setelah prosedur MRI selesai, Anda dapat melakukan aktivitas normal.

SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)

SPET Scan atau SPECT Scan adalah pencitraan fungsional otak dengan tomografiemisi foton tunggal (single photon emission tomography/SPET), juga dikenal sebagai tomografi emisi foton tunggal terkomputeriasai (single photon emissioncomputed tomography/SPECT) yang memungkinkan gambar tiga dimensi dari aliran darah serebral yang berasal dari data dua dimensi. Tomografi emisi positron ini dapat digunakan untuk mengukur metabolisme serebral regional dan karakteristik neurotransmitter reseptor lain.
SPECT membentuk citra transversal distribusi nuklida pemancar sinar x atau gamma dalam pasien. Citra proyeksi planar standar diperoleh dari putaran 180° (umumnya SPECT untuk jantung) dan 360° (untuk SPECT bukan jantung). Umumnya SPECT menggunakan satu atau lebih head/kepala sintilasi kamera yang bergerak mengelilingi pasien.


Dalam tomografi dengan emisi ada 3 keterbatasan fundamental yang harus diperhatikan. Pertama collection effeciency, radiasi gamma dipancarkan ke segala arah lapisan, namun hanya yang masuk ke detektor yang dipakai untuk pencitraan. Oleh karenanya efesiensi sangat terbatas, kecuali bila pasien dapat dikelilingi oleh detektor. Kedua atenuasi radiasi gamma oleh pasien. Penyederhanaan telah dilakukan dengan menjumlahkan pencacahan dari dua detektor yang berhadapan ataupun dari beberapa detektor. Oleh karenanya perlu faktor koreksi. Namun koreksi atenuasi teliti tidak diperlukan dalam SPECT. Ketiga adalah masalah umum dalam kedokteran nuklir, yakni waktu koleksi hanya merupakan fraksi waktu radiasi gamma dipancarkan. Dengan demikian citra dibentuk dengan foton yang sangat terbatas.
Pembentukan citra dilakukan dengan kepala kamera bergerak mengelilingi pasien mengambil data dari berbagai sudut. Pengambilan data dapat secara kontinu (continues acquisition) selama kepala kamera bergerak, ataupun pada saat kepala kamera berhenti pada suatu sudut tertentu (step and shoot acquisition). Bila kepala kamera dapat membentuk citra ideal, maka gerakan kepala kamera dari atas dan bawah pasien secara berbarengan dengan gerakan 180° harusnya telah dapat dipakai untuk rekonstruksi citra transversal.
Atenuation medium (setengah ketebalan pasien) mengurangi foton yang sampai pada head detektor, mengakibatkan blur/kekaburan citra yang dipengaruhi oleh jarak dari kolimator. Untuk mengurangi blur akibat gerakan kepala kamera, pesawat model baru dilengkapi dengan sistem untuk gerakan kamera mengikuti body contouring.
Untuk brain SPECT, memungkinkan gerakan kepala kamera dengan radius relatif lebih pendek, sehingga resolusi spasial dalam citra menjadi tinggi. Pada pesawat lama, pemeriksaan kepala yang memasukkan base of the brain (pangkal otak) yang harus melewati bahu, mendapatkan kesulitan. Namun pada pesawat modern sudah dapat dilakukan pencitraan kepala/brain dengan memasukkan bahu pasien pada lapangan gerakan kepala kamera.
Dari data piksel citra lapisan transversal dapat dibentuk citra coronal dan sagital. Untuk pencitraan jantung, diperlukan citra oblique dengan arah paralel ataupun tegak lurus sumbu panjang ventrical kiri. Karena anatomi setiap pasien unik, maka sumbu panjang jantung pada monitor harus ditandai terlebih dahulu.
Kolimator yang umum digunakan pada pesawat SPECT adalah kolimator parallel-hole. Namun telah diciptakan pula berbagai kolimator khusus. Sebagai contoh, fan beam kolimator yang merupakan hibrida dari kolimator konvergen dan paralel. Setiap baris piksel pada paralel kolimator arah y sesuai dengan satu slice citra proyeksi. Dengan kolimator konvergen, citra hasil citra akan mempunyai resolusi spasial lebih tinggi dibanding dengan arah kolimator parale-hole.
Untuk mengurangi keterbatasan SPECT akibat kolimator dan waktu pengambilan data, telah dibuat SPECT yang dilengkapi dengan dua atau tiga kamera sintilasi yang dapat bergerak mengelilingi pasien. Dengan multi kepala kamera dimungkinkan untuk menggunakan kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu batas kuantum mottle dalam pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal.
Kepala kamera dobel saling berhadapan (180°) cocok untuk kepala dan leher, serta seluruh tubuh. Triple head, fixed angle camera bagus untuk head and neck serta tubuh, namun tidak cocok untuk planar seluruh tubuh, karena keterbatasan lebar kristal. Double head, dengan sudut variabel sudut lebih serba guna, dapat untuk pencitraan head and neck, whole body planar dengan konfigurasi 180°, serta untuk jantung dengan konfigurasi 90°. Bila dua kamera pada posisi 90°, keduanya tidak dapat dekat pasien tanpa sebagian tubuh pasien berada di luar FOV. Oleh karenanya diciptakan SPECT yang dilengkapi dengan kepala kamera dengan konfigurasi saling membentuk sudut 76°.
Cara kerja SPECT
SPECT memindai mengintegrasikan dua teknologi untuk melihat tubuh: computed tomography (CT) dan bahan radioaktif (tracer). Tracer adalah apa yang memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana darah mengalir ke jaringan dan organ.
Sebelum SPECT pemindaian, pasien akan disuntik dengan zat kimia yang radiolabled, berarti memancarkan sinar gamma yang dapat dideteksi oleh pemindai. Komputer mengumpulkan informasi yang dipancarkan oleh sinar gamma dan menerjemahkannya ke dalam dua dimensi penampang. Ini lintas-bagian dapat ditambahkan kembali bersama-sama untuk membentuk gambar 3D dari otak pasien.
Radioisotop biasanya digunakan dalam SPECT pelacak untuk label adalah yodium-123, teknesium-99m, xenon-133, thallium-201, dan fluorin-18. Bentuk-bentuk radioaktif dari unsur-unsur alam akan lewat dengan aman melalui tubuh Anda dan dapat dideteksi oleh pemindai. Berbagai obat-obatan dan bahan kimia lainnya dapat diberi label dengan isotop.
Jenis pelacak yang digunakan tergantung pada apa yang diinginkan dokter untuk mengukur. Misalnya, jika dokter melihat tumor, ia mungkin menggunakan glukosa radiolabled (FDG) dan melihat bagaimana hal ini dimetabolisme oleh tumor.
Tes berbeda dari PET scan dalam pelacak tetap dalam aliran darah bukannya diserap oleh jaringan sekitarnya, sehingga membatasi gambar ke daerah-daerah di mana darah mengalir. SPECT scan lebih murah dan lebih mudah tersedia daripada PET scan resolusi yang lebih tinggi.

Foto SPECT Scanner
SPECT scan terutama digunakan untuk melihat bagaimana darah mengalir melalui arteri dan vena di otak. Pengujian telah menunjukkan bahwa itu mungkin lebih sensitif terhadap cedera otak dari baik MRI atau CT scan karena dapat mendeteksi berkurangnya aliran darah ke situs cedera.
SPECT scan juga berguna untuk evaluasi presurgical kejang medis yang tidak terkontrol (Gambar 1). Tes ini dapat dilakukan antara kejang (interiktal) atau selama kejang (ictal) untuk menentukan aliran darah ke daerah mana kejang berasal.
Gambar 1. Scan SPECT seorang pasien dengan kejang parsial kompleks yang tidak terkendali.
Jenis pemindaian juga berguna dalam mendiagnosis fraktur stres pada tulang belakang (spondylolysis), darah daerah miskin (iskemik) otak setela

Tidak ada komentar:

Posting Komentar