CT SCANNER
Definisi CT Scanner
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostic
dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara
melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan
pada layar monitor tv hitam putih.
Ct Scan
mulai dipergunakan sejak tahun 1970 dalam alat bantu dalam proses diagnosa dan
pengobatan pada pasien neurologis.Computer Tomography
(CT) biasa juga disebut Computed axial tomography (CAT), computer-assisted
tomography, atau (body section roentgenography) yang merupakan suatu proses
yang menggunakan digital processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal
tiga dimensi suatu obyek dari satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar
dua dimensi. Kata " tomography" diperoleh dari Yunani tomos (irisan)
dan graphia (gambarkan).
Tujuan
utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi
rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan
struktur otak. Selain itu Ct scan juga dapat digunakan dalam mengidentikasi infark
, hidrosefalus dan atrofi otak. Bagian basilar dan posterior tidak begitu baik diperlihatkan
oleh Ct Scan.
Pemeriksaan
menggunakan CT Scan dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat
antara suatu kelainan, yaitu :
a.
Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.
Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.
Brain contusion.
d.
Brain atrofi.
e.
Hydrocephalus.
f. Inflamasi.
Gambar
CT Scan
System
CT Scanner
Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu system
pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol.
Sistem pemroses citra merupakan
bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian
ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data.
Sinar-x merupakan radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik
dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat berpendar.
Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus yang tinggi. Untuk mengetahui
seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini
juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer. Bagian
keluaran dari sistem pemroses citra, adalah sekumpulan detektor yang dilengkapi
sistem akusisi data. Detektor adalah alat untuk mengubah besaran fisikdalam hal
ini radiasi-menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan
adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus oleh
radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan arus listrik.
Semakin besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang timbul juga semakn
besar. Detektor lain yang sering digunakan adalah detektor kristal zat padat.
Susunan detektor yang dipasang tergantung pada tipe generasi CT Scanner.
Tetapi dalam hal fungsi semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi
intensitas sina-x seletalh melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas pada
sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada obyek dapat
ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data maka datadata dari detektor
dapat dimasukkan dalam komputer. Sistem akusisi data terdiri atas sistem
pengkondisi sinyal dan interfacae (antarmuka ) analog ke komputer.
Metode back projection banyak digunakan dalam
bidang kedokteran. Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang
kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi
linier. Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan
terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah
antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih
baik, maka digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi
dapat dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan
menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan
radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang
lebih baik.
Manfaat CT Scanner
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan
suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT
Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti :
a. Adanya
gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
b. Pendarahan
di dalam otak ( cerebral vascular accident)
c. Batu
ginjal
d. Inflamed
appendix
e. Kanker
otak, hati, pankreas, tulang, dll.
f. Tulang
yang retak
Prinsip
dasar CT Scanner
Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat
radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama
memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk
membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang
digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti
citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan
oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh
citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar
(seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi
tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat
memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan
oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh
teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang
dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan
untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan
diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam
cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan
sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai
berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang
digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Proses
scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada
pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam
sebelum proses scanning. Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula
prosedur scanning yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan
kontras yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk
daerah perut.
Prinsip kerja CT Scanner
Gambar
prinsip kerja CT Scan
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber
radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut
menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan
berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah
berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh
integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan
sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang
diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D
C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan
Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor
TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau
Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan
mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang
dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses
interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas
terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang
dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut.
Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan
dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer
untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
Pemrosesan Data
a. Suatu
sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari
perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator
dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar
collimator dan Detektor
b. Sinar
X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus
listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui
proses berikut :
Gambar proses pembentukan citra
c. Setelah
diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke
bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah
oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.
d. Hasilnya
dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut
contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT Scanner :
Gambar hasil whole body
scanning
Gambar Hasil scanning
pada kepala pasien
Perkembangan
CT Scanner
Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan
pada bidang irisan obyek untuk berbagai sudut dinamakan scanning atau
pemayaran. Terdapat berbagai macam cara pemayaran, bergantung pada
"generasi" CT scan yang digunakan. Istilah
"generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia yang mengacu
pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas
radiasi perunut, dan system detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan
generasi lain.
Berdasarkan perkembangan Teknologi, CT Scanner
mengalami beberapa perkembangan sesuai kemajuan teknologi.
a. Generasi
Pertama
|
Gambar Generasi I CT
b. Generasi
Kedua
|
Gambar Generasi II CT
c. Generasi
Ketiga
|
Gambar Generasi III CT
d.
|
Generasi Keempat
Gambar Generasi IV CT
Walaupun terdapat perbedaan antara berbagai
"generasi", secara umum CT scan terdiri atas empat bagian
pokok, yaitu sumber radiasi, system deteksi, manipulator mekanis, dan komputer
beserta penampil. Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini
dapat berupa generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X.
Sistem deteksi ditentukan berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, salah satu
contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT scan salah adalah Kristal
natrium iodida yang "dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl).
Manipulator mekanis yang digunakan berfungsi menentukan geometris gerak
pemayaran yang bergantung pada "generasi" CT scan. Komputer
berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada
penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta
distribusi internal tiga dimensi obyek yang di-scan.
Aplikasi CT Scanner
CT
Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari
jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat
digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti :
a.
Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
b.
Pendarahan di dalam otak (cerebral vascular accident)
c.
Batu ginjal
d.
Inflamed appendix
e.
Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
f.
Tulang yang retak
Whole Body CT Sistem
Sistem ini
mempunyai micro CPU pada setiap komponennya dimana komunikasi antara komponen
tersebutmelalui serial communication.
Sistem ini
dapat dikelompokkan dalam dua grup yaitu :
1. Sistem
mage Processing yang terdiri dari panel dan Image processing Unit.
2. Sistem
Scanner terdiri atas scanner, patient table dan x-ray controller.
Panel kontrol berfungsi sebagai interface antara
operatr dan sistem CT dan meneruskan instruksi dari operator ke image
processing unit. Pada scanner terdapatsub micro CPU yang berfungsi mengumpulkan
informasi dari masing – masing komponen dan diteruskan ke IP melalui
communication line berdasarkan permintaan (request) dari IP.
Peta distribusi besaran fisis
Citra yang dihasilkan oleh CT scan secara
matematis dapat dipandang sebagai peta distribusi spasial parameter fisis f(x,y)
dalam bidang dua dimensi tampang lintang obyek, tegak lurus sumbu z.
Parameter fisis ini, yang besarnya dinyatakan dengan angka-angka, ditampilkan
pada perangkat display dalam representasi warna, biasanya dalam derajat
keabuan (grayscale) sehingga peta ini tampak sebagai gambar hitam putih
di layar monitor. Bagian gambar yang memiliki warna paling gelap atau derajat
keabuan paling tinggi merepresentasikan nilaiparameter fisis yang kecil,
sebaliknya bagian gambar yang paling terang atau derajat keabuan paling kecil
merepresentasikan nilai parameter fisis yang besar. Parameter fisis yang
ditampilkan ini bersesuaian dengan besaran fisis yang disebut koefisien
atenuasi linear (linear attenuation coefficient) dan diberi lambang mu.
Besarnya mu ditentukan oleh jenis bahan yang merujuk pada nomor atom (Z)
dan energi radiasi (E). Jumlah intensitas radiasi terusan, selain
ditentukan oleh tebal bahan, juga ditentukan oleh harga mu ini.
Positron
Emission Tomography (PET)-SCAN
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu
modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell
dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952,
sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital,
Boston pada tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali
diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an. PET adalah metode
visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh
karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi
organ tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang
tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi
atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan
(imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain
seperti foto rontgen, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging
(MRI) dan single photon emission computerized tomography (SPECT).
Pencitraan dengan PET merupakan bentuk pencitraan metabolik
atau fungsional yang dapat memberi gambaran serta memelajari berbagai fungsi
metabolik dalam tubuh pada tingkat seluler. Alat ini berbeda dengan MRI atau CT
Scan yang mengidentifikasi patologi dan penyakit melalui pendeteksian dari
perubahan struktur ataupun
anatomi di dalam tubuh. . Misalnya, CT Scan dan MRI hanya mampu mendekteksi
kanker di payudara, kepala, hati, dan sejumlah titik tubuh lainnya. Sedangkan
mekanisme kerja organ tubuh yang disebut metabolisme tubuh tidak dapat dipantau
oleh CT Scan atau MRI. Sedangkan pada PET-Scan, aspek anatomi dan metabolik
sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini. Dimana pun atau kemana pun
kanker merambat PET-Scan dapat mendeteksinya. Bahkan kemampuan deteksi alat ini
mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti jenis, tingkat keganasan
(stadium), lokasi, serta cara rambat penyakit mematikan ini.
Pencitraan dengan PET ini sangat berguna dalam mengetahui
tahapan atau stadium kanker, dektesi kekambuhan penyakit, begitu juga dengan
pengawasan respon pengobatan pada terapi kanker.
Dengan teknologi terbaru, generasi kedua dari pemindai
PET/CT yang terintegrasi saat ini memberi kemungkinan kombinasi pencitraan
PET/CT. Teknologi ini memungkinkan para dokter mendapat informasi metabolik
maupun struktural berdasarkan penyakit pada pemindaian tunggal PET/CT.
Terlepas dari pencitraan untuk kanker, pencitraan PET juga
bermanfaat dalam menilai penyakit jantung koroner, sejumlah penyakit
muskuloskeletal, dan penyakit saraf tertentu seperti kepikunan Alzheimer.
RadLink menyediakan pemindaian PET/CT 64 slices pertama di
Singapura dengan kapabliitas waktu yang cepat. Kemajuan pemindaian PET/CT
dengan teknologi Time of Flight ini memperkuat kualitas gambar dengan
mengurangi kebisingan dan memberikan sensitivitas yang lebih tinggi. Keuntungan
lainnya termasuk dosis radiasi yang lebih rendah, waktu pemindaian yang lebih
cepat, serta kualitas gambar yang lebih baik.
Kegunaan PET
Untuk kanker
Menilai penyebaran kanker
Mendeteksi kekambuhan penyakit
Menentukan apakah benjolan yang dijumpai termasuk jinak atau
kanker, contohnya saja seperti benjolan pada paru.
Memonitor respon pengobatan.
Pemindaian PET/CT ini menggantikan prosedur pencitraan medis
yang cukup banyak dengan hanya satu pengamatan saja.
Prinsip
dan cara kerja PET Scan
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih
tinggi dari sel-sel lain. Salah satu karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker
memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa untuk energi. Ini adalah
langkah-langkah proses biologis PET. Positron emisi tomografi (PET)
membangun sistem pencitraan medis gambar 3D dengan mendeteksi gamma sinar
radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan radioaktif) tertentu
disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah diserap oleh
jaringan dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya,
tumor aktif) daripada bagian tubuh.
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu
radionuklida glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai FDG perjalanan
melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi gamma yang terdeteksi oleh kamera
gamma, dari mana aktivitas kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap
aktivitas kimia abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron
dipancarkan dari bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan.
Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang berasal
dari situs tabrakan di arah yang berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar
gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau
kristal dan ratusan tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar
di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam cahaya
yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
Gambar
Sistem PET
Gambar
Cara Kerja PET-Scan
Gambar hasil foto PET Scanner
Magnetic
Resonance Imaging / MRI
Definisi MRI
MRI adalah
sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai digunakan sejak tahun 1980.
gambar yang dihasilkan juga merupakan hasil rekonstruksi komputer. Namun
berbeda dengan CT-Scan MRI tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan
medan magnet dan radiofrekuensi.
MRI merupakan
studi pilihan bagi evaluasi pada sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI
melakukan scan terhadap nukleus hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh
manusia.
Jenis
Mesin MRI
Magnetic resonance imaging, yang disebut
juga MRI, adalah teknik yang digunakan dalam bidang kedokteran untuk memindai
(scanning) organ dalam tubuh secara rinci.
Teknik ini melibatkan penggunaan mesin MRI.
Mesin MRI biasanya memiliki panjang berkisar 1,5 – 2,5 meter. Pemindaian
dilakukan dengan sebagian atau seluruh tubuh pasien diposisikan (ditempatkan)
dalam mesin.
Gambar MRI Scanner
Ada dua jenis mesin MRI yaitu mesin tertutup
dan terbuka. Kedua jenis mesin tersebut pada dasarnya menggunakan teknologi
yang sama.
Dalam mesin MRI tertutup, tubuh pasien
berada dalam mesin atau tabung MRI saat dipindai. Umumnya, tabung mesin MRI
tertutup memiliki lebar sekitar 60 cm.
Mesin MRI terbuka cenderung tidak sebaik
yang tertutup. Namun mesin MRI terbuka akan menjadi pilihan bagi pasien yang
fobia terhadap tempat tertutup atau menderita claustrophobia.
Seperti namanya, desain mesin MRI terbuka
tidak membuat tubuh pasien tertutup sepenuhnya. Beberapa model bahkan
memungkinkan pasien untuk menjalani pemindaian sambil duduk atau berdiri.
Cara Kerja Mesin MRI
Mesin MRI memiliki kumparan magnet yang menghasilkan medan
magnet kuat yang digunakan untuk memindai pasien. Medan magnet akan
menyebabkan atom hidrogen dalam tubuh manusia memposisikan diri di sepanjang
medan magnet.
Atom hidrogen ideal digunakan dalam pemindaian karena tubuh
manusia didominasi air yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu atom
oksigen.
Mesin kemudian mengeluarkan serangkaian frekuensi radio (RF)
yang menyebabkan hanya atom hidrogen yang tereksitasi.
Saat atom hidrogen yang tereksitasi berusaha kembali ke
posisi di sepanjang medan magnet yang dihasilkan mesin, atom-atom tersebut
melepaskan kelebihan energi yang diambil dari gelombang RF.
Mesin lantas mendeteksi dan mencatat pelepasan energi
tersebut. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin diminta menelan atau mendapatkan
suntikan agen kontras, biasanya gadolidium, sebelum menjalani pemindaian MRI.
Agen kontras membuat gambar MRI memiliki resolusi yang lebih
baik sehingga memudahkan analisis.
Foto MRI
Anda mungkin pernah melihat gambar MRI yang ditampilkan pada
layar komputer. Gambar seperti ini tidak dihasilkan langsung dari mesin MRI.
Mesin sebenarnya hanya merekam energi sebagai fungsi waktu.
Gambar pada layar komputer merupakan interpretasi dari bacaan
fungsi waktu ke fungsi frekuensi. Sederhananya, mesin MRI mencatat data
matematika perihal pergerakan atom (hidrogen) dan mengolah data tersebut dengan
proses matematika yang disebut transformasi Fourier.
Transformasi Fourier membuat data matematika tadi dapat
ditampilkan secara visual pada layar komputer.
Gambar Foto MRI Scan
Keuntungan
penggunaan MRI
·
Tidak
terpapar radiasi
·
Diferensiasi
yang lebih baik antara abu-abu dan putih sehingga sangat baik pada diagnose MS
dan infraklakunar
·
Gambaran
lebih baik pada fossa posterior
·
Gambaran
lebih baik pada medulla spinal
·
Visualisasi
lebih baik secara inovasif menggunakan MR angiografi
Aplikasi
penggunaan MRI
Pada
klinis MRI digunakan untuk membedakan antara jaringan normal dengan patologis
seperti tumor otak. Selain itu alat ini menyebabkan klien tidak terpapar radiasi
yang meningkatkan resiko malignansi terutama pada fetus. Selain penggunaan dalam
diagnosa konvensional ada berapa penggunaan alternatif antara lain :
·
MRI
fungsional : penggunaan MRI untuk memperlihatkan aktifitas otak
·
MRI
Intraoperatif : pada operasi neurologis, aman dan tidak menghasilkan komplikasi
Cara
pemeriksaan menggunakan MRI dan persyaratan pemeriksaan MRI
Tidak ada persiapan
khusus untuk pemeriksaan MRI. Hanya saja pasien akan diminta untuk
melepaskan beberapa benda-benda logam seperti :
- dompet, kartu kredit, dam kartu-kartu lainnya
- peralatan elektronik seperti telepon genggam
- alat bantu pendengaran (hearing-aid)
- perhiasan atau jam tangan
- bolpen, klip kertas, kunci, dan koin
- ikat rambut ,bulu mata palsu
- baju yang memiliki kancing logam / resleting logam
- sepatu, sabuk, pin, dsb.
Sebelum prosedur MRI
pasien akan diminta untuk mengisi kuesioner / selembar kertas mengenai keadaan
pasien sebelum dilakukan pemeriksaan MRI. Selain itu pasien akan ditanyakan
juga riwayat kesehatan atau operasi sebelumnya.
Seperti pada pemeriksaan
CT scan dan Radiologi lainnya , kadang kadang dokter memerlukan penyuntikan
kontras media intra vena pada kasus tertentuk untuk memperjelas kelainan yang
ada didalam tubuh .Untuk hal ini pasien diharapkan puasa untuk tidak makan
padat 4 jam sebelum pemerikaan . Dan untuk menghindari kemungkinan risiko
penyuntikan kontras intravena terhadap gangguan funksi ginjal , maka diperlukan
penilaian funksi ginjal (cek ureum dan creatinine darah) sebelum pemeriksaan
dilakukan.
MRI dilakukan di ruangan
khusus dan pasien akan diminta oleh staf radiologi untuk berbaring didalam meja
pemeriksaan. Selanjutnya dipasang penutup telinga untuk mengurangi bunyi mesin
yang tidak diinginkan.(beberapa jenis suara akan terdengar dari mesin selama
pemeriksaan berlangsung).
Hal penting yang harus
dilakukan oleh pasien adalah berbaring dengan tenang dan relaks. Pemeriksaan
MRI biasanya berlangsung antara 20-60 menit tergantung dari bagian tubuh mana
yang akan diperiksa .
Saat pemeriksaan berlangsung
petugas MRI akan dapat berkomunikasi dengan Anda dapat mendengar Anda, serta
mengobservasi Anda setiap saat. Segera sampaikan kepada petugas MRI jika ada
perasaan yang tidak nyaman pada saat pemeriksaan berlangsung. Setelah
prosedur MRI selesai, Anda dapat melakukan aktivitas normal.
SPECT (Single Photon Emission
Computed Tomography)
SPET Scan atau SPECT Scan adalah
pencitraan fungsional otak dengan tomografiemisi foton tunggal (single
photon emission tomography/SPET), juga dikenal sebagai tomografi emisi
foton tunggal terkomputeriasai (single photon emissioncomputed tomography/SPECT) yang
memungkinkan gambar tiga dimensi dari aliran darah serebral yang berasal dari
data dua dimensi. Tomografi emisi positron ini dapat digunakan untuk mengukur metabolisme
serebral regional dan karakteristik neurotransmitter reseptor lain.
SPECT
membentuk citra transversal distribusi nuklida pemancar sinar x atau gamma
dalam pasien. Citra proyeksi planar standar diperoleh dari putaran 180°
(umumnya SPECT untuk jantung) dan 360° (untuk SPECT bukan jantung). Umumnya
SPECT menggunakan satu atau lebih head/kepala sintilasi kamera yang bergerak
mengelilingi pasien.
Dalam tomografi dengan emisi ada 3 keterbatasan
fundamental yang harus diperhatikan. Pertama collection effeciency, radiasi
gamma dipancarkan ke segala arah lapisan, namun hanya yang masuk ke detektor
yang dipakai untuk pencitraan. Oleh karenanya efesiensi sangat terbatas,
kecuali bila pasien dapat dikelilingi oleh detektor. Kedua atenuasi radiasi
gamma oleh pasien. Penyederhanaan telah dilakukan dengan menjumlahkan
pencacahan dari dua detektor yang berhadapan ataupun dari beberapa detektor.
Oleh karenanya perlu faktor koreksi. Namun koreksi atenuasi teliti tidak
diperlukan dalam SPECT. Ketiga adalah masalah umum dalam kedokteran nuklir,
yakni waktu koleksi hanya merupakan fraksi waktu radiasi gamma dipancarkan.
Dengan demikian citra dibentuk dengan foton yang sangat terbatas.
Pembentukan citra dilakukan dengan kepala kamera bergerak
mengelilingi pasien mengambil data dari berbagai sudut. Pengambilan
data dapat secara kontinu (continues acquisition) selama kepala kamera
bergerak, ataupun pada saat kepala kamera berhenti pada suatu sudut tertentu
(step and shoot acquisition). Bila kepala kamera dapat membentuk citra ideal,
maka gerakan kepala kamera dari atas dan bawah pasien secara berbarengan dengan
gerakan 180° harusnya telah dapat dipakai untuk rekonstruksi citra transversal.
Atenuation
medium (setengah ketebalan pasien) mengurangi foton yang sampai pada head
detektor, mengakibatkan blur/kekaburan citra yang dipengaruhi oleh jarak dari
kolimator. Untuk mengurangi blur akibat gerakan kepala kamera, pesawat model
baru dilengkapi dengan sistem untuk gerakan kamera mengikuti body contouring.
Untuk
brain SPECT, memungkinkan gerakan kepala kamera dengan radius relatif lebih
pendek, sehingga resolusi spasial dalam citra menjadi tinggi. Pada pesawat
lama, pemeriksaan kepala yang memasukkan base of the brain (pangkal otak) yang
harus melewati bahu, mendapatkan kesulitan. Namun pada pesawat modern sudah
dapat dilakukan pencitraan kepala/brain dengan memasukkan bahu pasien pada
lapangan gerakan kepala kamera.
Dari data piksel citra lapisan transversal dapat dibentuk citra coronal dan
sagital. Untuk pencitraan jantung, diperlukan citra oblique dengan arah paralel
ataupun tegak lurus sumbu panjang ventrical kiri. Karena anatomi setiap pasien
unik, maka sumbu panjang jantung pada monitor harus ditandai terlebih dahulu.
Kolimator yang umum digunakan pada pesawat SPECT adalah kolimator
parallel-hole. Namun telah diciptakan pula berbagai kolimator khusus. Sebagai
contoh, fan beam kolimator yang merupakan hibrida dari kolimator konvergen dan
paralel. Setiap baris piksel pada paralel kolimator arah y sesuai dengan satu
slice citra proyeksi. Dengan kolimator konvergen, citra hasil citra akan
mempunyai resolusi spasial lebih tinggi dibanding dengan arah kolimator
parale-hole.
Untuk mengurangi keterbatasan SPECT akibat kolimator dan waktu pengambilan
data, telah dibuat SPECT yang dilengkapi dengan dua atau tiga kamera sintilasi
yang dapat bergerak mengelilingi pasien. Dengan multi kepala kamera
dimungkinkan untuk menggunakan kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu
batas kuantum mottle dalam pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal.
Kepala kamera dobel saling berhadapan (180°) cocok untuk kepala dan leher,
serta seluruh tubuh. Triple head, fixed angle camera bagus untuk head and neck
serta tubuh, namun tidak cocok untuk planar seluruh tubuh, karena keterbatasan
lebar kristal. Double head, dengan sudut variabel sudut lebih serba guna, dapat
untuk pencitraan head and neck, whole body planar dengan konfigurasi 180°,
serta untuk jantung dengan konfigurasi 90°. Bila dua kamera pada posisi 90°,
keduanya tidak dapat dekat pasien tanpa sebagian tubuh pasien berada di luar
FOV. Oleh karenanya diciptakan SPECT yang dilengkapi dengan kepala kamera
dengan konfigurasi saling membentuk sudut 76°.
Cara
kerja SPECT
SPECT
memindai mengintegrasikan dua teknologi untuk melihat tubuh: computed
tomography (CT) dan bahan radioaktif (tracer). Tracer adalah apa yang
memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana darah mengalir ke jaringan dan
organ.
Sebelum
SPECT pemindaian, pasien akan disuntik dengan zat kimia yang radiolabled,
berarti memancarkan sinar gamma yang dapat dideteksi oleh pemindai. Komputer
mengumpulkan informasi yang dipancarkan oleh sinar gamma dan menerjemahkannya
ke dalam dua dimensi penampang. Ini lintas-bagian dapat ditambahkan kembali
bersama-sama untuk membentuk gambar 3D dari otak pasien.
Radioisotop
biasanya digunakan dalam SPECT pelacak untuk label adalah yodium-123,
teknesium-99m, xenon-133, thallium-201, dan fluorin-18. Bentuk-bentuk
radioaktif dari unsur-unsur alam akan lewat dengan aman melalui tubuh Anda dan
dapat dideteksi oleh pemindai. Berbagai obat-obatan dan bahan kimia lainnya dapat
diberi label dengan isotop.
Jenis
pelacak yang digunakan tergantung pada apa yang diinginkan dokter untuk mengukur.
Misalnya, jika dokter melihat tumor, ia mungkin menggunakan glukosa radiolabled
(FDG) dan melihat bagaimana hal ini dimetabolisme oleh tumor.
Tes
berbeda dari PET scan dalam pelacak tetap dalam aliran darah bukannya diserap
oleh jaringan sekitarnya, sehingga membatasi gambar ke daerah-daerah di mana
darah mengalir. SPECT scan lebih murah dan lebih mudah tersedia daripada PET
scan resolusi yang lebih tinggi.
Foto
SPECT Scanner
SPECT scan
terutama digunakan untuk melihat bagaimana darah mengalir melalui arteri dan
vena di otak. Pengujian telah menunjukkan bahwa itu mungkin lebih sensitif
terhadap cedera otak dari baik MRI atau CT scan karena dapat mendeteksi
berkurangnya aliran darah ke situs cedera.
SPECT scan
juga berguna untuk evaluasi presurgical kejang medis yang tidak terkontrol
(Gambar 1). Tes ini dapat dilakukan antara kejang (interiktal) atau selama
kejang (ictal) untuk menentukan aliran darah ke daerah mana kejang berasal.
Gambar 1. Scan SPECT seorang pasien
dengan kejang parsial kompleks yang tidak terkendali.
Jenis pemindaian juga berguna dalam mendiagnosis
fraktur stres pada tulang belakang (spondylolysis), darah daerah miskin
(iskemik) otak setela